Jakarta
(ANTARA News) - Mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH
Hasyim Muzadi memprediksi bahwa mayoritas warga NU akan memilih pasangan
calon presiden dan cawapres Joko Widodo- M. Jusuf Kalla (Jokowi-JK)
dibanding Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
"Saya
pikir akan lebih banyak warga NU pilih Jokowi," katanya usai acara
Rapat Kerja Nasional Muslimat NU di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta,
Kamis.
Warga
NU, menurut dia, semakin mantab memilih Jokowi setelah ada klarifikasi
soal keislaman Jokowi melalui videonya diunggah ke Internet saat menjadi
imam saat shalat berjamaah.
"Kan
sebelumnya umat kaget karena dibilang begini-begini. Tapi, setelah ada
klarifikasi dari Jusuf Kalla, umat jadi lumayan mengerti," ujarnya.
Ia
menilai, JK yang mengunggah Jokowi sedang menjadi imam shalat Maghrib
bukan bagian dari politisasi agama, tapi menjadi klarifikasi soal Jokowi
yang selama ini diragukan keislamannya.
"Kan Jokowi dicurigai gak shalat. Jadi itu bagian dari klarifikasi saja," ujarnya.
Oleh
karena itu, Hasyim meminta kepada pihak-pihak yang selama ini
melontarkan isu yang tidak benar soal keislaman Jokowi agar berhenti
melakukan kampanye hitam.
"Kan sudah tidak terbukti. Ngapain diteruskan lagi," katanya.
Soal
Ketua PBNU Said Aqil Siradj yang Mahfud MD lebih mendukung Prabowo,
Hasyim menilai, dukungan keduanya tentu berpengaruh ke warga NU, namun
tak terlalu signifikan.
Ia
pun memuji pendamping Jokowi, Jusuf Kalla sebagai kader NU tulen dan
sudah tidak diragukan lagi integritasnya dalam memimpin pemerintahan.
"Jusuf Kalla merupakan figur NU tulen. Caranya bernegara sangat NU. Dia tukang menghilangkan konflik," katanya.
Namun,
Hasyim menyerahkan sepenuhnya pilihan warga Muslimat NU untuk memilih
capres dan cawapres sesuai dengan hati nuraninya masing-masing.
"Itu pilihan saya. Kalau ibu-ibu mau milih capres-cawapres yang mana, ya monggo saja," katanya.
Ia menyebutkan, dari dua pasangan capres yang bertarung dalam Pilpres 2014 tidak ada satupun tokoh NU yang bertarung.
"Adanya calon wakil presiden, JK itu NU betulan," katanya.
Hasyim
mengemukakan, sebenarnya dirinya punya harapan banyak pada figur
Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali yang diprediksinya bisa jadi
pendamping Prabowo, namun ternyata gagal.
"Sebetulnya
saya maunya ada kader NU di dua kubu itu. Saya berharap di Pak Prabowo
ada Suryadharma Ali, tapi ternyata beliau belakangan dapat musibah,"
ujarnya.
Namun
demikian, ia berpesan kepada anggota Muslimat NU, untuk memilih
capres-cawapres sesuai dengan hati nurani dan bukan karena dibayar.
"Kalau milih yang bayar bahaya. Uangnya habis sehari. Tapi, susahnya lima tahun setelah itu," demikian Hasyim Muzadi. (*)
Editor: Priyambodo RH
0 komentar:
Posting Komentar