Ambon
(ANTARA News) - Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy menyatakan bahwa
film "Cahaya dari Timur, Beta Maluku" merupakan bentuk promosi kota
Ambon yang bertajuk manise.
"Film
'Cahaya dari Timur' merupakan kesempatan emas mempromosikan Ambon, baik
dari aktivitas sosial dan pemerintahan maupun sektor pariwisata,"
katanya di Ambon, Jumat.
Menurut
dia, Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon mengaloaksikan anggaran Rp1 miliar
untuk mempromosikan Ambon mendahului tayangan "Cahaya dari Timur" (CDT)
jelang film tersebut diputar kepada penonton umum.
"Hal
tersebut merupakan kontrak kerja sama yang dilakukan pemkot dengan
pihak sponsor. Tahap awal mereka menawarkan anggaran Rp3 miliar, tetapi
selanjutnya diputuskan Rp1 miliar," ujarnya.
Ia
menimpali, "Kita langsung mengambil kesempatan karena itu promosi yang
murah dibandingkan harus mengeluarkan anggaran lebih besar untuk sponsor
lain."
Richard
menyatakan, antusiasme masyarakat di luar Maluku cukup tinggi untuk
menyaksikan film tersebut. Bukan saja masyarakat Maluku, tetapi juga
komunitas lainnya.
"Rata-rata
satu hari penonton film CdT mencapai 15.000 hingga 16.000 orang
se-Indonesia, sedangkan di kota Ambon setiap hari mencapai 1.500
penonton," katanya.
Ia
pun mengemukakan, "Dalam sejarah bioskop 21 Ambon Plaza yang terdiri
dari dua studio jumlah penonton film ini lebih banyak dibandingkan film
lainnya."
Richard
mengakui, kehadiran musisi Glenn Fredly sebagai produser tidak
dipungkiri turut membuat film "Cahaya dari Timur" mendapat perhatian
yang cukup baik.
"Sosok
Glenn Fredly sebagai icon juga sangat membantu, karena dia memiliki
hubungan baik dengan media baik sehingga cukup membantu," ujarnya.
Selain
itu, kedua pemeran utama film "Cahaya dari Timur" Jericho dan Safira
Umm juga ditetapkan menjadi Duta Pariwisata kota Ambon.
"Sejak
film ini diputar di seluruh Indonesia pada 19 Juni 2014, mereka berdua
bertugas menjadi duta untuk mempromosikan Ambon," katanya.
Ia berharap, film ini bisa memberikan pencitraan positif kepada kota Ambon sekaligus menginspirasi perdamaian.
"Pesan
positif dari film ini kiranya dapat diterima seluruh masyarakat
Indonesia, bukan soal konflik sosial tetapi perjuangan dan semangat
untuk memajukan daerah ini," demikian Richard Louhenapessy. (*)
Editor: Priyambodo RH
0 komentar:
Posting Komentar