Jakarta
(ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan
defisit neraca transaksi berjalan secara keseluruhan pada 2014 akan
mencapai kisaran 25 miliar dolar AS atau lebih rendah dari tahun lalu,
29 miliar dolar AS.
"Kita
mengharapkan defisit neraca transaksi berjalan bisa di kisaran 25
miliar dolar AS di 2014, dan itu sejalan dengan reformasi struktural,"
katanya saat ditemui seusai rapat Badan Anggaran DPR RI di Jakarta,
Kamis malam.
Agus
menjelaskan kondisi defisit neraca transaksi berjalan hingga akhir
triwulan I-2014 terlihat cukup baik, karena dibandingkan periode yang
sama tahun lalu, nominal dari defisit transaksi berjalan relatif lebih
kecil.
"Kalau
kita lihat di Q1 defisit transaksi berjalan sampai empat miliar dolar,
tahun lalu Q1 kan enam miliar dolar, ini sudah sesuai langkah, dan pada
Q2 nanti pasti akan ada pembesaran defisit," katanya.
Ia
memprediksi defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II
mengalami kenaikan hingga dua kali lipat nominal pada triwulan I, namun
diharapkan angkanya tidak terlalu tinggi dan masih dibawah 10 miliar
dolar AS.
"Kalau
terjadi dua kali lipat, kita harapkan masih dibawah 10 miliar dolar
seperti yang terjadi pada tahun lalu. Memang di Q2 ada tekanan, tapi
kita harapkan lebih baik dari Q2 tahun lalu. Kalau tahun lalu, 4,4
persen, tahun ini pasti lebih rendah," katanya.
Pelebaran
defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II merupakan hal yang
lumrah terjadi dan sesuai pola musiman, karena nilai impor yang
membesar, repatriasi laba yang besar dan jatuh tempo cicilan utang yang
terjadi pada periode ini.
Agus
mengharapkan kondisi ekspor terutama nonmigas dapat membaik, sehingga
secara keseluruhan neraca perdagangan mengalami surplus dan pada akhir
tahun, defisit neraca transaksi berjalan mencapai dibawah tiga persen
terhadap PDB.
Berdasarkan
situasi tersebut, Agus masih optimistis asumsi nilai tukar masih berada
dalam kisaran Rp11.600-Rp11.800 per dolar AS hingga akhir tahun, atau
sejalan dengan asumsi pemerintah dalam RAPBN-Perubahan 2014 sebesar
Rp11.700.
"Kita
melihat sepanjang tahun di kisaran Rp11.600-Rp11.800. Kita akan
memberitahukan hal-hal yang harus dijaga pemerintah dan pemda agar
betul-betul terjadi penyehatan defisit neraca transaksi berjalan,"
katanya.
Agus
mengatakan pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir
hingga mencapai kisaran Rp11.800 per dolar AS merupakan fenomena
sementara, sebelum nantinya nilai rupiah akan kembali mencerminkan
fundamental ekonomi.
"Ini hanya (pengaruh) situasi domestik dan sifatnya sementara," ujarnya.
(S034/A029)
(S034/A029)
Editor: Ruslan Burhani
0 komentar:
Posting Komentar