Jakarta (ANTARA News) – Pendiri
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menilai Debat Calon Presiden
(Capres) II antara Capres Prabowo Subianto dengan Capres Joko Widodo
yang disiarkan stasiun tv swasta pada Minggu malam (15/6), tidak ada
yang menang dan yang kalah secara mutlak.
“Debat ini tak berdampak elektoral yang
besar. Sebagaimana debat calon presiden pertama (9/6), di debat kedua
(15/6) tak ada yang menang dan kalah mutlak,” katanya lewat twitternya
@DennyJA_World, Senin.
Menurut Denny, berdasarkan data survei
LSI sebelum debat, selisih elektabilitas (dukungan publik) keunggulan
Capres Jokowi terhadap Capres Prabowo kini hanya 6 persen saja.
“Debat tidak mengubah peta dukungan pemilih kedua capres,” ujarnya.
Denny menegaskan, yang akan mengubah
dukungan terhadap dua capres adalah “serangan udara” (kampanye melalui
media sosial -red) dan “serangan darat” (kampanye melalui pengurus
partai dan relawan memalui tatap muka -red), menjelang Pilpres, 9 Juli
2014.
Koordinator Geralkan Ayo Majukan
Indonesia itu, menjelaskan, dalam debat semalam bahawa Capres Prabowo
memang terlihat kuat di abstraksi dan visi besar. tapi lemah di detail.
Sebaliknya Capres Jokowi tampak lemah di
gaya bicara dan Jokowi terbiasa banyak kerja sedikit bicara. “Jika yang
dinilai hanya gayanya, Jokowi kalah dalam debat semalam. Namun jika
dinilai substansinya, Jokowi menang,” kata Denny.
Dia menambahkan, substansi Jokowi lebih
banyak bersandar pada yang mikro dan pengalaman di pemerintahan dan
Jokowi terkesan lebih berorientasi praktis dan mikro.
Namun, dalam studi debat presiden,
Capres Prabowo lebih diuntungkan, yaitu untuk pemilih umum yang
mayoritas, pemilih lebih terkesan oleh gaya. “Hanya sekelompok ahli yang
minoritas yang lebih menilai substansi. Pemilih ini lebih melihat
kesahihan informasi dan gagasan.” ujar Denny.
Pemilu Presiden, 9 Juli 2014 diikuti dua
pasangan capres dan cawapres, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan
Joko Widodo-Jusuf Kalla. (*)
Editor: Tasrief Tarmizi
0 komentar:
Posting Komentar