Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, meskipun dalam Pemilu
Presiden (Pilpres) 2014 ini ia tidak menjadi pusat perhatian karena
sudah memangku jabatan selama 2 (dua) periode, dalam sisa masa
jabatannya dalam 4 (empat) bulan ini, ia akan memberikan prioritas untuk
penyelenggaran pemilihan umum yang bebas dan adil, pembangunan
demokrasi, stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial.
“Saya
juga akan terus menyelamatkan Indonesia dari potensi ancaman global,”
kata Presiden SBY saat menerima mahasiswa yang tergabung dalam Center
for Asia Leadership Initiatives, Harvard University, di Istana Negara,
Jakarta, Selasa (24/6) pagi.
Presiden
menilai, kunjungan mahasiswa Harvard ke Indonesia itu pada waktu yang
sangat menarik, karena selain baru saja menyelesaikan pemilihan
parlemen, bulan depan Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan
Presiden.
“Kali
ini, saya tidak di pusat perhatian karena saya akan menyelesaikan masa
jabatan kedua. Presiden di Indonesia hanya diperbolehkan menjabat untuk
dua periode berturut-turut,” tutur Kepala Negara.
Dalam
kesempatan itu, Presiden SBY menyatakan rasa bangganya atas prestasi
yang dicapai Indonesia, dimana World Economic Forum (WEF) dalam sidang
tahunannya di Manila, baru-baru ini, telah menyebut Indonesia dalam
sepuluh tahun terakhir mencapai "dasawarsa keemasan" berdasar luasnya
capaian, dan imbas perubahan terhadap kemajuan bangsa.
Menurut
Presiden SBY, keberhasilan Indonesia sangat penting karena memiliki
kaitan dengan berbagai dimensi, mulai geopolitik, Islam, politik, dan
ekonomi.
Dari
sdimensi geopolitik, sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, menurut
Presiden SBY, apa yang terjadi di Indonesia mempengaruhi seluruh wilayah
satu atau lain cara. “Ini memiliki dimensi Islam karena Indonesia
adalah rumah bagi populasi muslim terbesar di dunia, dan jika demokrasi
dan modernitas bekerja di Indonesia, ini mengirimkan pesan yang sangat
besar dan merupakan contoh penting untuk dunia Islam,” kata Kepala
Indonesia.
Keberhasilan
Indonesia, menurut Presiden, juga memiliki dimensi politik karena
Indonesia merupakan salah satu negara dunia yang paling beragam. “Jika
kita bisa terus bersama-sama dan berhasil sebagai satu bangsa, ini akan
menjadikan contoh untuk pluralisme,” papar Presiden.
Adapun
dari dimensi ekonomi, menurut Presiden SBY, Indonesia yang dulu dikenal
sebagai salah satu negara termiskin di Asia (pada tahun 1960) kini
telah menjadi ekonomi yang muncul dengan kelas menengah terbesar di Asia
Tenggara. Selain itu, Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi
kedua di antara negara G20.
Presiden
SBY menjanjikan, bahwa Indonesia akan terus memperbaiki iklim
transparansi dalam 2-3 dasawarsa mendatang. Dengan demikian, negeri ini
masih akan menghadapi sejumlah tantangan dan pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan. "Namun saya yakin Indonesia sudah siap di track pembangunan yang benar untuk melangkah maju," katanya.
Atas
gambaran tersebut, Presiden menilai bahwa Indonesia akan menjadi negara
yang menarik untuk dipelajari oleh mahasiswa hubungan internasional,
sain politik, juga mahasiswa pembangunan.
Wakil
The Center for Asia Ledership Initiatives dari Universitas Harvard,
Andi Sparingga, menjelaskan kepada Presiden SBY bahwa mereka sedang
menyelenggarakan Asia Leadership Trek III, yang merupakan tur
sosio-ekonomi dan politik ke enam tujuan di Asia.
Kelompok
Asia Leadership Trek yang diketuai oleh Samuel Kim ini beranggotakan 40
orang peserta dari universitas Harvard, MIT, dan Tufts.
Mendampingi
Presiden SBY saat menerima mahasiswa Harvard, AS itu, antara lain Menlu
Marty Natalegawa, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian
Chairul Tanjung, Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Pertahanan Purnomo
Yosgiantoro, Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, dan Mendikbud
Mohammad Nuh. (WID/Humas Setkab/ES)
0 komentar:
Posting Komentar